Sabtu, 28 Februari 2015

sekarang tepat tanggal 28 februari 2015 pukul 20.14 ada yang bilang kalau ini hari terakhir ditahun ini karena februari yang hanya 28 hari yang merupakan sisa hari pada satu tahun? ada yang bilang besok tepat tanggal 1 maret yang dipercayai kalau itu tahun baru? maret wish? ntah apa itu, siapa yang percaya itu yang jelas sekarang aku hanya cuma ingin berbagi cerita disini yang notabene udah aku tinggal sekian lama, ya maaf mungkin aku gabakal buat tepat berapa lamanya seerti di blog aku yang sebelumnya sampe niat ngitung bulan minggu bahkan hari. sedikit cerita. sangking lamanya aku ninggalin blog ini tadi sebelum masuk sini, yaa bukan ditegrs satpam atau sebagainya tapi sumpah susah pake banget ribet peke banget. kenapa? ya karena aku lupa password (alibisih) itu lah kenapa mungkin alasan ini yang bikin aku ga pernah lagi mampir kesini. oke langsung aja..
ini satnight, terus? bukan, bukan karena aku jomblo terus galau karena ga ada yang ngajak jalan tapi lebih karena dua hari lagi aku udah mulai ujian praktek iyaa ujiaaan praktek dan ntah kenapa bukannya ngafal buat ujian aku malah niat cerita disini, cuma ingin berbagi pada kalian reader (cieelah) kalo kalian baca ini usahain jangan kaya aku ninggalin prioritas buat ngerjain hal lain yang menurut kalian itu ga terlalu penting, udah ah jadi ga niat nulis lagi, ntar kalo niat baru nulis lagi, bye~

Sabtu, 16 November 2013

terlampau jauh

Sabtu, 22 Juni 2013 >>  Sabtu, 16 November 2013

hai blog, nggak terasa udah 4 bulan 3 minggu 4 hari loh aku ninggalin kamu, ntah lah sesibuk apa aku sekarang sampe gak pernah ngepost lagi, atau mungkin karna .....

Sabtu, 22 Juni 2013

liburan = mati perlahan



Hay blog, sudah berapa lama aku nggak ngurus kamu? Udah lama kah?

yaa aku sekarang tengah libur semester, sama seperti pelajar lainnya, hanya saja mereka mengisi hari liburnya dengan pergi jalan,liburan,belanja atau cuma sekedar ngumpul, hmm kelihatannya seru ya. Sudah beberepa kali memang aku mulai keluar rumah ntah itu buat ngumpul atau ngirup udara segar, tapi ntah apa yang kurang, rasanya liburan kali ini membosankan, mungkin kalian berpendapat yang sama tentang ini, dan itu memang benar u,u

Blog, ntah berapa bayak sudah benda yang aku jadikan tempat curhat, mulai itu angin, awan, air, tanah, api, udara huh lama-lama aku berganti profesi jadi avatar -_- hahaha terdengar garing memang yaa tapi itu lah aku sekarang bicara tanpa tujuan yag jelas, jalan tanpa arah huh itu semua gara gara aku bosan melakukan kegiatan monoton mulai dari bangun tidur-baca novel-mandi-baca novel-makan-online-baca novel-nulis-online-baca novel-tidur yaa itu kegiatanku selama libura ini. Ada hal yanng lebih monotn lagi kah?

Oh tuhan tolong lama-lama aku jadi gila, bisa mati bosan aku selama liburan ni, ah sudah lah dari pada aku mulai meracau nggak jelas dan bikin orang males baca blog ini lagi lebih baik aku sudahi sampai disini dan keluar mencari udara segar agar nggak terlarut dalam kebosanan, ah ya aku lupa aku harus sudahi ini agar kalian nggak bosan baca blog ini lagi, oh-okee-iya-iya-aku diam-aku selesai-iya-oke-byee.

Sabtu, 15 Juni 2013

sebuah ancaman


“Hahahahha” seperti itulah lantunan tawa yang selalu keluar tiap malamnya jika kami telah berkumpul. Tak ada mahluk lain yang tertawa sebahagia mereka di tempat ini.
Kita  mulai dari malam Rabu. Disaat kami sedang  belajar  Kimia. Malam ini awalnya kami tidak menyadari sebuah lukisan yang terpampang di sebuah sisi ruangan karna kami sedang fokus untuk menghadapai ulangan esok harinya. yaa kami memang selalu begitu. Selalu belajar dengan Sistem Kebut Semalam jika tidak ada ulangan atau pengambilan nilai lainnya dapat di pastikan bahwa kami tidak akan pernah fokus belajar seperti malam ini. Kami hanya akan fokus satu jam awal, dan satu jam sisanya mereka isi dengan; Flora mendownload Video-Video yang membuatnya tak henti tertawa, Ukhti  yang dengan celetukannya dapat menciderakan perut sang pendengar kram dua hari , Nisa dengan kegalauannya, tak tau apa yang sedang apa yang di pikirkannya tapi yang pasti kegalauan ini masalah pribadinya, jadi tak perlu di ungkapkan. Seterusnya Lidia si penghayal jitu dan selalu parno di segala tempat maupun kesempataan, dan yang terakhir Rima selalu sibuk dengan instakilogramnya.
***
Lanjut kemalam les selanjutnya, malam Jumat. Malam dimana keparanoidan Lidia selalu muncul, saat itu kami sedang belajar Fisika yang gurunya memiliki salah satu kelebihan di antara guru-guru yang lain, kami (murid maupun guru lain) yang selalu jomblo di setiap malam, siang maupun pagi. Tapi berbeda dengan Kak Devi yang notabene guru Fisika dan merangkap menjadi playgirl di luar jam belajar. Malam itu saat kami sedang belajar kedatangan seorang lelaki, maaf ini bukan pacarnya Kak Devi melainkan sepupu kandung dari Kak Riza si empunya rumah. Kami les di sebuah rumah yang dijadikan tempat bimbingan belajar yang gurunya mahasiswa dari Universitas Negri yang sekalian latihan buat yang mau PPL ataupun buat cari pengalaman mengajar. Yang jelas tempat ini sistem belajarnya bukan guru dan murid melainkan seperti kakak yang mengajari adiknya.
Balik lagi ke cowok tadi. Namanya kita samarkan sebagai Darwin. Kalian ingat lukisan yang di tulis diatas? Kalian tau apa gambar yang ada di lukisan itu? Iya itu foto Darwin yang dengan pose bak coverboy majalah remaja Internasional, itu lah salah satu bahan lawakan kami setiap malamnya, dan sekedar informasi lagi Lidia bahkan kami semua selalu takut jika bertatap muka dengan Darwin. Oleh karna kami semua takut melihat rupanya, setiap kami datang kami selalu menyempatkan diri untuk membalikkan atau menyimpan lukisan Darwin itu tapi aneh setiap kami masuk keesokan harinya lukisan itu kembali terpajang rapi dan lagi-lagi kami harus menyembunyikannya menyimpannya lagi tanpa rasa bosan.
Pelajaran di mulai, kami pun mulai mengerjakan soal-soal ringan. “coba kerjakan dulu, nanti kita bahas, oke ?” kata Ka Devi. Pada saat yang bersamaan Lidia mendadak ingin ketoilet dan apa yang terjadi ? Lidia berpapasan dengan sang model coverboy majalah, Darwin iya DARWIN. Tanpa ada aba-aba Lidia menjerit  sampai  nada 4 oktaf, sontak kami semua yang sedang hening seketika  shock mendegar lengkingan si penghayal jitu itu. Aku dengan sikap sok berani langsung mencari sumber suara dan tiba-tiba “aaaaaaaaaa” disusul dengan getaran ultrasonik dari suara kami (ceritanya farida juga ikut). Segeralah Flora, Nisa, dan Rima menyusul aku, farida dan Lidia karna penasaran apa yang sedang terjadi dengan dua makhluk tersebut. Jreng jreng jreng jreng,  dan ternyata yang terjadi hanyalah papasan bersama sang coverboy.
“yaelah, Ukhti kau ngapo ikut teriak ? kalo Lidia yang teriak udah biaso” Nisa meletakan tangannya di pinggang.

 “hehehe aku geli liat Lidia teriak, terus farida jugo teriak jadi aku ikut ikutanlah biak kompak” ujarku cengengesan.
“kalian ngapo gondes nian, teriak-teriak kayak audisi nyanyi bae” kening Flora mengkerut.
“hahahaha” Lidia dengan wajah tanpa dosa tertawa sepuasnya karna telah sukses membuat teman temannya shock dan berhenti belajar.
“woy ado apo nih ribut-ribut” kata Ka Riza panik.
“entah kak orang ni” balas Rima cepat.
“udalah, belajar be lagi” perintah Ka Riza.
“hahahah, tekejut tadi aku tu woy” Lidia menjelaskan. “abang Darwin tu tiba-tiba udah tegak be di depan hidung aku, mangkonyo aku teriak.” Ujar lidia berbisik.
Tak tau apa yang terjadi dengan Darwin kami tak tau persis, yang pasti setelah kejadian naas malam itu Darwin selalu menyempatkan diri untuk lewat depan kami, ntah itu mengajak ngobrol guru yang sedang mengajar atau hanya menebar pesona yang ntah apa arti dan tujuannya.
                                            ***
Malam Minggu pun tiba.
(ceritanya bukan aku yang ngarang)
Malam ini angin berhembus sepoi sepoi yang mengisi ruangan dengan hawa yang sejuk. Membawa suasana tersendiri bagi mereka yang ada di dalam ruangan. Malam minggu ini terasa berbeda, tentunya berbeda dari malam minggu sebelumnya.
Suara motor Ukhti terdengar dari dalam ruangan. Ukhti memasuki ruangan dengan ringannya sedangkan teman-temannya telah menunggunya sejak 15 menit yang  lalu. Ia pun melangkah kan kakinya menuju pintu. “selamat malam” ucap Ukhti semangat dengan senyum khasnya tanpa ada yang menjawab.
Saat memasuki ruangan ukuran 4 x 6 meter itu mata Ukhti terfokus pada suatu lukisan yang sudah pasti sangat mengganggu indra penglihatannya.Seperti biasa Ukhti menyembunyikan kembali lukisan Darwin di bawah sofa guru tanpa ada yang memerhatikan Ukhti dan ia  mengambil posisi duduk paling belakang.
“hee sedih nian malam minggu belajar. Belajar MTK pula.”  Gurau Flora.
“dak usah les lah yok dek, kakak jugo lagi malas ngajar. Enak kito main be. Bawak laptop kan ?” ajak Kak Riza.
“ayo kak” seru Nisa singkat padat dan jelas.
“oke setuju ! malam minggu kok belajar.” Imbuh  Flora sambil membuka laptopnya
“iyo kak, jangan di nampa’i nian lah jomblonyo malam minggu belajar. Sedih nian nampaknyo ” Balas Ukhti
“Jangan lanjutin Ti, ampun Ti, aku dak mau perut aku keram lagi” tambah Nisa.
“Sip Sip Sip, Kakak mau ngelanjutin modul kakak yang belum kelar.” Ka Riza bergegas menghampiri Laptopnya yang dari tadi parkir di atas meja bundar bersamaan coolingpad yang menyala.
Ruangan itu seketika hening dari suara Ukhti dan segerombolannya. Yang terdengar hanyala suara ketikan dari keypad Laptop Kak Riza. Semua sibuk dengan kehidupan masing masing. Tiba-tiba terdengar celetukan dari Ukhti.
 payo woy, siapo yang kentut ni, kentut kok dak bilang-bilang” celetup Ukhti.
Seketika sang pria coverboy datang tanpa diundang dengan wajah sok cool dan langsung melihat kearah mereka, lalu mengalihkan pandangan ke arah dinding tempat tadinya lukisan itu terpajang. Sontak mereka yang ada di ruangan itu langsung tertawa lepas. “hahahahhaha” suara tertawaan yang keras menggema lepas di udara. “pas ! in the time  ucapan Flora penuh arti sambil menahan tawa.
“Hahahah sumpah absurb nian.” imbuh Nisa smabil melilit perutnya.
“hahahahahahaik ik hahah” tawa ukhti keluar lepas tampa hambatan.
Wajah Darwin melukiskan kemisteriusan yang tak bisa di terka oleh mereka.
Dengan sisa tawa yang sesekali masih terdengar, Ukhti dan teman-teman kembali menyibukan diri dengan kesibukan masing-masing. Hanya dalam waktu terhitung 4 menit Darwin kembali dengan membawa sebuah bingkai foto dengan ukuran tiga kali lebih besar dari sebelumnya, dan dengan wajah misteriusnya Darwin memajang fotonya di dinding yang masih kosong, Ukhti dan teman-teman hanya saling tatap dan menatap iba seolah olah masih belum bisa terima bahwa ada  lukisan baru yang kini terpajang rapi menghiasi dinding ruangan kelas, dan tanpa disangka ...
“ Siapa yang berani nurunin lukisan ni, kalian bakan aku jadiin pacar, dan minggu depan kalian harus mau malam mingguan dengan aku, awas kalo masi ado yang nurunin!” ucap Darwin tegas sambil memasang wajah ‘sok’ sangar.
Daaaaaan “HAHAHAHAHA” tawa ukhti dan kawan-kawan memenuhi ruangan, yang tentunya tawa Ukhti yang paling jelas terdengar bahkan bukan hanya mereka yang tertawa, ibu pemilik rumah pun ikut tertawa. Tawa mereka pecah tanpa arah sekan akan tak terbendung lagi. Tapi dengan santainya Darwin pergi keberanda luar sambil senyum-senyum bangga.
Seperti suara yang dipimpin seorang drijen perlahan lahan tawa Ukhti dan teman-temannya mulai berhenti.
“woy, perhatiinlah.” Perintah Ukhti. “serem nian foto tu” Ukhti menutup matanya. “apo ntah tujuan dak maksudnyo majang foto tu” tambah Ukhti lagi.
“mau exis dewek abangtu” tambah Flora.
“woy pindah ruangan yok. Keruangan sebelah be. Takut aku. Dari tadi foto tu nengo’i aku terus.” Parno lidia kumat sambil berkemas kemas untuk memindahkan barang barangnya keruangan sebelah.
Yang lain pun mengikuti jejak Lidia. Pindah ke ruangan yang berbeda suasana.
“kalian ngapo pindah” tanya Kak Riza.
“kepo” tanggap Rima.
Shock tak percaya. Ukhti, Flora, Lidia, Nisa menatap Rima tak percaya. Seorang Rima yang biasanya calm  tiba-tiba berbicara seperti itu. Fantastik! apakah ini pengaruh foto Darwin. Terkesan lebay tapi ini yang terjadi.
Mulai malam ini dan seterusnya Ukhti dan teman temannya tak pernah lagi kembali keruangan itu walaupun sang guru yang meminta. “dari pada kami harus mindahin foto dan lukisan yang ada di ruangan sembelah dan ujung-ujungnya kami jadi pacar Darwin mending kami belajar di sini be.” Tukas Ukhti setiap ada guru yang mengajak kembali keruangan sebelah.
“untung be foto Darwin dak di pajang di sini. Kalo di pasang di sini biso-biso kami belajar diluar ato bahkan kami dak datang karna tekanan batin memandang lukisan "ganteng" tu terus” jelas Flora..
***
sekian cerita singkat dari kami, jujur ini bukan karangan perorangan ini buah fikiran kami semua.

Jumat, 14 Juni 2013

Angin



Hay Ngin apa kabarmu hari ini, tampaknya kau hari ini tidak merasa bahagia, buktinya kau tak membelai semua helaian rambut kami, kau tak memberi kesejukan seperti biasa. Eh Ngin apa kau tahu? Disini mati lampu, aku sekarang lagi duduk di teras rumah cuma buat mencari kesegaranmu. Kamu lihat tidak langit malam ini, langit malam ini gak secerah langit kemarin, tampak jelas mendung diatas sana, tapi walaupun mendung disana masih ada bintang, yaa tak sebanyak yang kemarin memang tapi ya sudah lah, disisi lain juga terlihat sebuah siluet bulan, hanya sedikit ngin, nampaknya bulan masi malu-malu untuk menampakkan sinarnya padahal sekarang masi pertengahan bulan, kenapa ya?
Ngin apa kabarmu hari ini? Apa kabar juga dia yang disana? Apakah disana juga mati lampu sama sepertiku? Nampaknya tidak. Apakah disana dia sedang duduk sendiri di teras rumah? Nampaknya juga tidak. Nah apakah dia juga sedang curhat kepadamu tentang aku yang disini? Firasatku mengatakan tidak Ngin, ntah karena apa, kalaupun iya aku juga tak tahu harus senang atau bahkan sedih? Aku bingung Ngin, apa kamu bisa ngasi aku saran? Aku butuh saran sekarang :( tapi kalaupun tidak aku juga nggak sedih, aku senang kamu bisa jadi temanku, jangan sombong ya, tataplah memberi kesejukan kepada semua orang, aku yakin kamu pasti bisa, karna itu tugasmu.
Cukup sekian keluh kesahku hari ini, makasi ya udah mau dengar baca semua keluh kesahku hari ini, sampai ketemu di sesi yang lain, tapi aku berharap aku bakal cerita denganmu sesuatu yang dapat menghiburku bukan yang labil seperti ini lagi, daaa Ngin :)

Kamis, 13 Juni 2013

Nyungsep? Atau Nabrak?



“ oke jangan lupa ya, besok sebelum jam 7 harus udah nyampe dirumah aku ya ” ingat maya kepada teman-temannya. Mereka berencana untuk menyewa sepeda tandom untuk mengisi hari libur meraka. Setelah memesan segala kebutuhan yang akan disewa maya dan teman-temannya pergi mecari kedai makan terdekat untuk mengisi energi.
****
Keesokan harinya Maya dan beberapa teman nya telah mengumpul di rumah Maya sambil menunggu beberapa teman yang belum sampai, hingga waktu telah menunjukan pukul 6.40 semua telah berkumpul hanya saja wanda belum datang dan nomor ponselnya tak dapat dihubungi. Akhirnya Maya dan teman-teman memutuskan untuk pergi menuju ketempat penyewaan sepeda untuk memastikan penyewaan mereka. Tapi setelah mendapat sepeda pun wanda tidak dapat juga dihubungi, hingga sebuah pesan masuk ke handphone tamara
Tam kalian dimn? aku msh di rmh, jdi apa nggak nh?
Tanya Wanda melalui pesan singkatnya, setelah membalas pesan singkat wanda untuk memberikan kepastian kegiatan mereka,  Tamara langsung memberikan keterangan tentang  keterlambatan wanda, sejenak mereka hanya saling pandang dan tiba-tiba “ Gimana kalau kita bawa saja sepedanya jalan, terus kita sekalian mampir kerumah wanda untuk menjemputnya, jadi kan biar wanda tidak repot lagi untuk datang kesini, giman?” Usul Ratna.
Setelah menyetujui ide ratna, yulia dan teman-teman pun pergi menyusul kerumah maya. Setibaya di rumah wanda  mereka mengucapkan salam dan sambil dihampiri oleh penjaga rumah Wanda, mereka bertanya “permisi pak, Wandanya ada?” tanya Keni yang sedari tadi tidak berkata apapun. “ oh mbak Wanda, ada kok, ayo masuk” ajak penjaga rumah Wanda. Setelah sampai di ruang tamu mereka melihat seorang gadis yang masih santai di depan tv sambil memakan makanan ringan, ternyata itu Wanda yang sedang asyiknya menonton hingga tanpa sadar teman-temannya sudah berada di belakangnya. “ jadi ini yang kamu kerjain, sementara kami bela-belain dateng kesini jemput kamu?” cetus Mesa yang sedikit tomboi diatara yang lain. Dengan raut wajah penuh keterkejutan, Wanda menjawab “ loh kalian kok ada disini? Oh maaf ya, aku belum mandi nih, kallian mau nunggu aku apa mau lanjut main lagi?” tanya Wanda dengan wajah polos tanpa dosa. “ kamu kira kami bakal pergi duluan trus kamu malah nyantai disini? Sekarang aku yang balik nanya, kamu masi mau ikut apa nggak nih?!” jawab Mesa dengan sedikit emosi, kenapa tidak?  teman-temannya telah susah payah membawa sepeda demi jemput maya kerumahnya, sementara dengan santai maya hanya nonton tv. “ ya udah aku ikut, kalian tunggu sebentar ya” pinta Wanda kepada teman-temannya.
****
“ Nah aku udah siap nih, yok kita jalan” ajak Wanda satai tanpa rasa bersalah sedikit pun. Awalnya Mesa akan angkat bicara lagi namun ditahan oleh Keni, memang di antara mereka Mesa lah yang paling mudah naik darah dan selalu keni yang menenangkan. Saat tiba di parkiran sepeda, masing-masing dari mereka mengambil sepeda mereka masing-masing. Tamara berpasangan dengan Ratna, Mayadengan Mesa, dan terakhir Wanda dengan Keni. Saat mengambil sepeda Wanda berkata “ Ken kamu di depan ya, aku nggak bisa ngimbangin nih” pinta Wanda kepada Keni. Keni hanya mengangguk dan langsung mengambil posisis, sementara yang lain hanya dapat menahan kesal dan langsung mengkayuh sepeda dengan cepat, setelah keni dan Wanda berhasil mengimbangi kayuhan putaran roda teman-teman yang lain, dengan santainya Wanda mengangkat kakinya dan membiarkan Keni mengkayuh sendiri, kejadian itu pun tertangkap mata dengan wanda, wanda hanya menatap kesal Wanda, karena ia takut kehilangan keseimbangan jika terus berbicara, selain itu Mesa juga takut kata-kataya akan mengundang permusuhan, jadi Mesa hanya membiarkan Wanda dan terus mengkayuh sepedanya hingga mereka berhenti di sebuah pohon rindang untuk beristirahat sejenak.
 Saat beristirahat pun hanya Tamara dan Ratna yang terus berbicara sambil menertawakan pemuda yang lewat. Dan mereka pun kembali melanjutkan perjalanan dalam diam, paling hanya sesekali celetukan yang keluar dari mulut Maya yang sebagai pemandu rute jalan, hingga tiba-tiba saat mereka sedang berada di pendakian hujan pun tiba-tiba turun tampa memberi aba-aba, dengan segera mereka mencari tempat berteduh terdekat, namun keni belum juga sampai dengan susah payah keni mengkayuh seppedan dan ternyata lagi-lagi Mesa melihat Wanda tidak mengkayuh sepedanya, akhirnya setibanya mereka di sebuah pondok yang dapat dijadikan temat berteduh baju Keni dan Wanda basah kuyup hingga menerawang. Untung nya tamara membawa Dan Ratnamembawa jaket untuk di pinjamkan ke Keni dan Wanda.
Setelah berganti pakaian seadanya, Keni dan wanda pun ikut bergabung di antara teman-teman mereka yang lain, sambil menunggu hujan reda mereka saling melempar guyonan yang dapat mengundang tawa hingga tiba-tiba “ Wan  kok saat sepedaan aku lihat kamu jarag sekali membantu Keni untuk mengkayuh sepedanya? Kasian kan Keni ngayuh sepedanya sendiri” sindir Mesa telak. Sejenak hanya suara hujan yang mulai mereda menjadi pengisi kesunyian di antara mereka, namun tidah di hati meraka masing-masing . “ bukan begitu, aku hanya lelah dan merasa kurang bisa mengimbangi kayuhan Keni, lagi pula Keni tak merasa terbebani kok, iya kan ken?” tanya Wanda kepada keni, Keni hanya dapat membalas dengan senyuman terpaksa. “ Tapi bukan karena Keni tidak merasa terbebani kamu bisa berbuat begitu kan Wan?” sahut Maya “ lagi pula bukan Cuma kamu kok Wan yang capek kami lebih capek,ingat sebelumnya kami membawa sepeda ini dari tempat rental sampai kerumahmu loh” timpal Tamara dan diiringi dengan anggukkan teman yang lain. “ loh kok kalian malah memojokkanku? Aku tahu aku salah, aku minta maaf, dan aku janji bakal bantu Keni buat kayuh sepedanya” jawab wanda dengan kesal.
Setelah hujan reda enam sekawan itupun kembali melanjutkan ‘olahraaga ’ mereka, awalnya mereka masih bingung dengan rute mana yang akan mereka susuri, hingga alah satu dari mereka mengingatkan kalau waktu sewa yang ditentukan tinggal 30 menit lagi, kalaupu mereka lewat mereka harus membayar denda. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengemblikan sepedanya, karena jarak mereka dan jarak tempat penyewaan cukup jauh, jadi mereka harus bergegas mengembalikanya. Mereka memilih melewati melewati jalan tebus yang lumayan lebih dekat dari seharusnya, hanya saja jalannannya sedikit terjal jadi harus sangat hati-hati. Saat mereka hampir mendekati penurunan ratna mengingatka “ teman-teman hati-hati jalanan sedikit terjal dan licin, kan habis hujan jadi kita harus saling menjaga” kata ratna, dan “ jangan ada yang egois-egoisan nanti bisa jatuh kalau kita Cuma mau menang sendiri” tambat Tamara. “ ya udah kalian duluan aja Tam, kita liat dari sini gimana kalian ngimbangin diri masing-masing” usul Maya dan di setujui oleh teman-temannya.
 Akhirnya Tamara dan Ratna menjadi ‘kelinci percobaan’ kali ini, karena di antar yag lain hanya mereka berdua yang lebih kompak dan dapat saling mengimbangi satu sama lain. Dan ternyata tanpa dikayuh un sepeda yang mereka naiki dapat malaju dengan kencang dan takjumnya lagi mereka sampai di puncak pendakian tanpa menggunakan tenaga kayuhan sama sekali, selanjutnya Maya dan Mesa, Keni dan Wanda pun mulain melajukan sepedanya hanya saja dengan kecepatan yang sangat di minimalisir, dan saat yang tak di inginkan pun tiba, Wanda yang panik dan teriak-teriak tak karuan membuyarkan konsentrasi keni dan juga teman-teman yang ada di depan mereka, akhirnya tanpa diduga Wanda terus mengayuh sepeda mereka dan menabrak ban belakang sepeda Maya dan Mesi akhirnya mereka oleng dan terjerebab masuk selokan yang lumayan dalam, Tamara dan Ratna hanya bisa menyaksikan mereka dan langsung berhambur ke tempat teman temannya jatuh, hingga beberapa pemuda sekitar yang kebetulan lewat pun mulai membantu menaikkan sepeda dan teman teman Tamara untuk membersihkan diri dan mengobati luka luka. Tak aneh memang mereka menderita luka-luka di beberapa bagian, pasalnya sepeda yang mereke tumpangi  jatuh menghimpit mereka dan selokan yang baru di semen juga berperan menambah banyak goresan luka untuk mereka. Tapi di antara mereka berempat Keni lah yang mendapat luka yang sangat parah, Keni terluka di bagian tulang pipi dan pelipis, sementara Wanda mengalami luka goresan yg cukup dalam di bagian ubun-ubun, untung saja Mesi dan Maya tidak mengalami luka serius, mereka haya tergores sedikit di bagian lengan dan lutut.
Setelah membantu mengobati beberapa luka dari teman-temannya Tamara langsung teringat aka penyewaan sepedanya yang pasti akan mendapat denda, dan ntah mungkin dewi fortuna sedang berpihak lewat seorang teman sekolah mereka yang sedang berjalan sore menggunakn motor. Tanpa fikir panjang Tamara langsung menghadang jalan lelaki itu yang di kenal dengan sebutan Reno, Reno memang sudah sedikit akrab dengan Tamara karena dari SD kelas mereka selalu bersebelahan. Dan ternyata Reno bersedia membantu menggerek sepeda Maya dan Mesa . tinggal satu sepeda lagi fikir Tamara, dan ternyata tanpa sengaja Tamara melihat Reno sedang menelfon dan mendengan kalau Reno meminta temannya untuk membantu kami, tak berselang beberapa waktu datang lima orang teman Reno dengan masing-masing motor mereka, satu membantu reno mengantar sepeda yang di pakai Wanda dan Keni, dan selebihnya ada yang mengendarai sepeda yang di tarik ada juga yang menemani Keni dan Wanda sambil menjaga motor teman mereka yang lain.
****
Setelah menyelesaikan urusan administrasi yang ‘untung’nya tidak dikenai denda,  Tamara dan Ratna pun sempat komplain kalau rem dari sepeda yang disewakan tidak cakram dan roda ban nya yang  gundul. Sepulang dari tempat penyewaan mereka kembali Tamara dan rombongan kembali ke tempat dimana Wanda dan Keni menuggu. Saat disana mereka barulah menceritakan runtut kejadian yang sebenarnya, dan Wanda pun meminta maaf atas ketelatan dan semua yang di perbuatnya hari itu, terlebih dengan Keni, Wanda tak henti-hentinya meminta maaf karena telah mencidrakan keni.
Setelah merasa sedikit baikan Keni pun meminta tolong untuk di antar kan pulang karena di takut lukanya akan infeksi. Lagi- lagi Reno dan teman-temannya menawarkan jasa untuk mengantarkan mereka pulang kerumah masing-masing. Namun sebelum pulang Reno mengajak semua untuk  mengantarkan Keni bersama-sama, dan langsung di setujui oleh Tamara cs. Setelah mengantar Keni pulang, teman-teman Renopun berpencar untuk mengatarkan yang lain pulang sesuai dengan arah rumah mereka masing-masing.

Selasa, 11 Juni 2013

lagi iseng

gini nih ceritanya kalo belajar sambil tiduran trus ngayal deh, yang di pelajari apa yang di ayal juga apa. gue disini pengen nge-post puisi yang yaaa lo tau sendiri ini buah fikiran anak labil yang kebanyakan nonton film 5 cm, nggak nyambung memang tapi ini lah hasil karya gue yang terinspirasi dari temen sekelas gue sendiri. kalo lo pada mau baca cuma satu deh syarat nya, syarat nya cuma satu, ya satu itu jangan pipis di celana, itu aja sih .
ya udah dari pada kalian nyumpahin gue yang nggak-nggak cuma gara gara gue banyak omong, ini nih gue liatin, tapi inget ya setelah baca ini  JANGAN PIPIS DI CELANA!!

Dia...
karya : guesendiri

Dia yang ajarkan aku arti sebuah pertemuan...
Dia yang ajaran aku arti sebuah kebersamaan...
Dia yang selalu mengingatkanku tanggung jawab akan tugas tugas yang menyiksa
(sumpah ini curcol)

Tapi kini...
Dia pula yang ajarkan aku akan arti dari sebuah perpisahan...
... arti dari kesendirian bahkan kesunyian..

Aku tahu kini kita telah berpisah jauh, tapi...
... walaupun jarak telah mengalahkan waktu..
Aku hanya ingin berterima kasih kepadamu yang telah mengajarjanku akan rasa sakit
..yang lebih sakit seakan teriris sembilu...

dariku .... (namadihapuskan)

nah udah baca? puas? pipis nggak? gue harap lo gak pada pipis di celana, soalnya kalo ada di antara kalian yang pipis celana so pasti celana kalian bakal basah (lupain).

ya udah sekian dulu post dari gue yang gak perlu dibaca ini.
wasalam..