“
oke jangan lupa ya, besok sebelum jam 7 harus udah nyampe dirumah aku ya ”
ingat maya kepada teman-temannya. Mereka berencana untuk menyewa sepeda tandom
untuk mengisi hari libur meraka. Setelah memesan segala kebutuhan yang akan
disewa maya dan teman-temannya pergi mecari kedai makan terdekat untuk mengisi
energi.
****
Keesokan
harinya Maya dan beberapa teman nya telah mengumpul di rumah Maya sambil
menunggu beberapa teman yang belum sampai, hingga waktu telah menunjukan pukul
6.40 semua telah berkumpul hanya saja wanda belum datang dan nomor ponselnya
tak dapat dihubungi. Akhirnya Maya dan teman-teman memutuskan untuk pergi
menuju ketempat penyewaan sepeda untuk memastikan penyewaan mereka. Tapi setelah
mendapat sepeda pun wanda tidak dapat juga dihubungi, hingga sebuah pesan masuk
ke handphone tamara
Tam kalian
dimn? aku msh di rmh, jdi apa nggak nh?
Tanya
Wanda melalui pesan singkatnya, setelah membalas pesan singkat wanda untuk
memberikan kepastian kegiatan mereka, Tamara
langsung memberikan keterangan tentang
keterlambatan wanda, sejenak mereka hanya saling pandang dan tiba-tiba “
Gimana kalau kita bawa saja sepedanya jalan, terus kita sekalian mampir kerumah
wanda untuk menjemputnya, jadi kan biar wanda tidak repot lagi untuk datang
kesini, giman?” Usul Ratna.
Setelah
menyetujui ide ratna, yulia dan teman-teman pun pergi menyusul kerumah maya.
Setibaya di rumah wanda mereka
mengucapkan salam dan sambil dihampiri oleh penjaga rumah Wanda, mereka
bertanya “permisi pak, Wandanya ada?” tanya Keni yang sedari tadi tidak berkata
apapun. “ oh mbak Wanda, ada kok, ayo masuk” ajak penjaga rumah Wanda. Setelah
sampai di ruang tamu mereka melihat seorang gadis yang masih santai di depan tv sambil memakan makanan ringan,
ternyata itu Wanda yang sedang asyiknya menonton hingga tanpa sadar
teman-temannya sudah berada di belakangnya. “ jadi ini yang kamu kerjain,
sementara kami bela-belain dateng kesini jemput kamu?” cetus Mesa yang sedikit
tomboi diatara yang lain. Dengan raut wajah penuh keterkejutan, Wanda menjawab
“ loh kalian kok ada disini? Oh maaf ya, aku belum mandi nih, kallian mau
nunggu aku apa mau lanjut main lagi?” tanya Wanda dengan wajah polos tanpa
dosa. “ kamu kira kami bakal pergi duluan trus kamu malah nyantai disini?
Sekarang aku yang balik nanya, kamu masi mau ikut apa nggak nih?!” jawab Mesa
dengan sedikit emosi, kenapa tidak? teman-temannya telah susah payah membawa
sepeda demi jemput maya kerumahnya, sementara dengan santai maya hanya nonton
tv. “ ya udah aku ikut, kalian tunggu sebentar ya” pinta Wanda kepada teman-temannya.
****
“
Nah aku udah siap nih, yok kita jalan” ajak Wanda satai tanpa rasa bersalah
sedikit pun. Awalnya Mesa akan angkat bicara lagi namun ditahan oleh Keni,
memang di antara mereka Mesa lah yang paling mudah naik darah dan selalu keni
yang menenangkan. Saat tiba di parkiran sepeda, masing-masing dari mereka
mengambil sepeda mereka masing-masing. Tamara berpasangan dengan Ratna, Mayadengan
Mesa, dan terakhir Wanda dengan Keni. Saat mengambil sepeda Wanda berkata “ Ken
kamu di depan ya, aku nggak bisa ngimbangin nih” pinta Wanda kepada Keni. Keni
hanya mengangguk dan langsung mengambil posisis, sementara yang lain hanya
dapat menahan kesal dan langsung mengkayuh sepeda dengan cepat, setelah keni
dan Wanda berhasil mengimbangi kayuhan putaran roda teman-teman yang lain,
dengan santainya Wanda mengangkat kakinya dan membiarkan Keni mengkayuh
sendiri, kejadian itu pun tertangkap mata dengan wanda, wanda hanya menatap
kesal Wanda, karena ia takut kehilangan keseimbangan jika terus berbicara,
selain itu Mesa juga takut kata-kataya akan mengundang permusuhan, jadi Mesa
hanya membiarkan Wanda dan terus mengkayuh sepedanya hingga mereka berhenti di
sebuah pohon rindang untuk beristirahat sejenak.
Saat beristirahat pun hanya Tamara dan Ratna
yang terus berbicara sambil menertawakan pemuda yang lewat. Dan mereka pun
kembali melanjutkan perjalanan dalam diam, paling hanya sesekali celetukan yang
keluar dari mulut Maya yang sebagai pemandu rute jalan, hingga tiba-tiba saat
mereka sedang berada di pendakian hujan pun tiba-tiba turun tampa memberi
aba-aba, dengan segera mereka mencari tempat berteduh terdekat, namun keni
belum juga sampai dengan susah payah keni mengkayuh seppedan dan ternyata
lagi-lagi Mesa melihat Wanda tidak mengkayuh sepedanya, akhirnya setibanya
mereka di sebuah pondok yang dapat dijadikan temat berteduh baju Keni dan Wanda
basah kuyup hingga menerawang. Untung nya tamara membawa Dan Ratnamembawa jaket
untuk di pinjamkan ke Keni dan Wanda.
Setelah
berganti pakaian seadanya, Keni dan wanda pun ikut bergabung di antara
teman-teman mereka yang lain, sambil menunggu hujan reda mereka saling melempar
guyonan yang dapat mengundang tawa hingga tiba-tiba “ Wan kok saat sepedaan aku lihat kamu jarag sekali
membantu Keni untuk mengkayuh sepedanya? Kasian kan Keni ngayuh sepedanya
sendiri” sindir Mesa telak. Sejenak hanya suara hujan yang mulai mereda menjadi
pengisi kesunyian di antara mereka, namun tidah di hati meraka masing-masing .
“ bukan begitu, aku hanya lelah dan merasa kurang bisa mengimbangi kayuhan
Keni, lagi pula Keni tak merasa terbebani kok, iya kan ken?” tanya Wanda kepada
keni, Keni hanya dapat membalas dengan senyuman terpaksa. “ Tapi bukan karena
Keni tidak merasa terbebani kamu bisa berbuat begitu kan Wan?” sahut Maya “
lagi pula bukan Cuma kamu kok Wan yang capek kami lebih capek,ingat sebelumnya
kami membawa sepeda ini dari tempat rental sampai kerumahmu loh” timpal Tamara
dan diiringi dengan anggukkan teman yang lain. “ loh kok kalian malah memojokkanku?
Aku tahu aku salah, aku minta maaf, dan aku janji bakal bantu Keni buat kayuh
sepedanya” jawab wanda dengan kesal.
Setelah
hujan reda enam sekawan itupun kembali melanjutkan ‘olahraaga ’ mereka, awalnya
mereka masih bingung dengan rute mana yang akan mereka susuri, hingga alah satu
dari mereka mengingatkan kalau waktu sewa yang ditentukan tinggal 30 menit
lagi, kalaupu mereka lewat mereka harus membayar denda. Akhirnya mereka
memutuskan untuk mengemblikan sepedanya, karena jarak mereka dan jarak tempat
penyewaan cukup jauh, jadi mereka harus bergegas mengembalikanya. Mereka
memilih melewati melewati jalan tebus yang lumayan lebih dekat dari seharusnya,
hanya saja jalannannya sedikit terjal jadi harus sangat hati-hati. Saat mereka
hampir mendekati penurunan ratna mengingatka “ teman-teman hati-hati jalanan
sedikit terjal dan licin, kan habis hujan jadi kita harus saling menjaga” kata
ratna, dan “ jangan ada yang egois-egoisan nanti bisa jatuh kalau kita Cuma mau
menang sendiri” tambat Tamara. “ ya udah kalian duluan aja Tam, kita liat dari
sini gimana kalian ngimbangin diri masing-masing” usul Maya dan di setujui oleh
teman-temannya.
Akhirnya Tamara dan Ratna menjadi ‘kelinci
percobaan’ kali ini, karena di antar yag lain hanya mereka berdua yang lebih
kompak dan dapat saling mengimbangi satu sama lain. Dan ternyata tanpa dikayuh
un sepeda yang mereka naiki dapat malaju dengan kencang dan takjumnya lagi
mereka sampai di puncak pendakian tanpa menggunakan tenaga kayuhan sama sekali,
selanjutnya Maya dan Mesa, Keni dan Wanda pun mulain melajukan sepedanya hanya
saja dengan kecepatan yang sangat di minimalisir, dan saat yang tak di inginkan
pun tiba, Wanda yang panik dan teriak-teriak tak karuan membuyarkan konsentrasi
keni dan juga teman-teman yang ada di depan mereka, akhirnya tanpa diduga Wanda
terus mengayuh sepeda mereka dan menabrak ban belakang sepeda Maya dan Mesi
akhirnya mereka oleng dan terjerebab
masuk selokan yang lumayan dalam, Tamara dan Ratna hanya bisa menyaksikan
mereka dan langsung berhambur ke tempat teman temannya jatuh, hingga beberapa
pemuda sekitar yang kebetulan lewat pun mulai membantu menaikkan sepeda dan
teman teman Tamara untuk membersihkan diri dan mengobati luka luka. Tak aneh
memang mereka menderita luka-luka di beberapa bagian, pasalnya sepeda yang
mereke tumpangi jatuh menghimpit mereka
dan selokan yang baru di semen juga berperan menambah banyak goresan luka untuk
mereka. Tapi di antara mereka berempat Keni lah yang mendapat luka yang sangat
parah, Keni terluka di bagian tulang pipi dan pelipis, sementara Wanda
mengalami luka goresan yg cukup dalam di bagian ubun-ubun, untung saja Mesi dan
Maya tidak mengalami luka serius, mereka haya tergores sedikit di bagian lengan
dan lutut.
Setelah
membantu mengobati beberapa luka dari teman-temannya Tamara langsung teringat
aka penyewaan sepedanya yang pasti akan mendapat denda, dan ntah mungkin dewi
fortuna sedang berpihak lewat seorang teman sekolah mereka yang sedang berjalan
sore menggunakn motor. Tanpa fikir panjang Tamara langsung menghadang jalan
lelaki itu yang di kenal dengan sebutan Reno, Reno memang sudah sedikit akrab
dengan Tamara karena dari SD kelas mereka selalu bersebelahan. Dan ternyata
Reno bersedia membantu menggerek
sepeda Maya dan Mesa . tinggal satu sepeda lagi fikir Tamara, dan ternyata
tanpa sengaja Tamara melihat Reno sedang menelfon dan mendengan kalau Reno
meminta temannya untuk membantu kami, tak berselang beberapa waktu datang lima
orang teman Reno dengan masing-masing motor mereka, satu membantu reno
mengantar sepeda yang di pakai Wanda dan Keni, dan selebihnya ada yang
mengendarai sepeda yang di tarik ada juga yang menemani Keni dan Wanda sambil
menjaga motor teman mereka yang lain.
****
Setelah
menyelesaikan urusan administrasi yang ‘untung’nya tidak dikenai denda, Tamara dan Ratna pun sempat komplain kalau
rem dari sepeda yang disewakan tidak cakram dan roda ban nya yang gundul.
Sepulang dari tempat penyewaan mereka kembali Tamara dan rombongan kembali
ke tempat dimana Wanda dan Keni menuggu. Saat disana mereka barulah
menceritakan runtut kejadian yang sebenarnya, dan Wanda pun meminta maaf atas
ketelatan dan semua yang di perbuatnya hari itu, terlebih dengan Keni, Wanda
tak henti-hentinya meminta maaf karena telah mencidrakan keni.
Setelah
merasa sedikit baikan Keni pun meminta tolong untuk di antar kan pulang karena
di takut lukanya akan infeksi. Lagi- lagi Reno dan teman-temannya menawarkan
jasa untuk mengantarkan mereka pulang kerumah masing-masing. Namun sebelum
pulang Reno mengajak semua untuk
mengantarkan Keni bersama-sama, dan langsung di setujui oleh Tamara cs.
Setelah mengantar Keni pulang, teman-teman Renopun berpencar untuk mengatarkan
yang lain pulang sesuai dengan arah rumah mereka masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar