Kamis, 13 Juni 2013

Nyungsep? Atau Nabrak?



“ oke jangan lupa ya, besok sebelum jam 7 harus udah nyampe dirumah aku ya ” ingat maya kepada teman-temannya. Mereka berencana untuk menyewa sepeda tandom untuk mengisi hari libur meraka. Setelah memesan segala kebutuhan yang akan disewa maya dan teman-temannya pergi mecari kedai makan terdekat untuk mengisi energi.
****
Keesokan harinya Maya dan beberapa teman nya telah mengumpul di rumah Maya sambil menunggu beberapa teman yang belum sampai, hingga waktu telah menunjukan pukul 6.40 semua telah berkumpul hanya saja wanda belum datang dan nomor ponselnya tak dapat dihubungi. Akhirnya Maya dan teman-teman memutuskan untuk pergi menuju ketempat penyewaan sepeda untuk memastikan penyewaan mereka. Tapi setelah mendapat sepeda pun wanda tidak dapat juga dihubungi, hingga sebuah pesan masuk ke handphone tamara
Tam kalian dimn? aku msh di rmh, jdi apa nggak nh?
Tanya Wanda melalui pesan singkatnya, setelah membalas pesan singkat wanda untuk memberikan kepastian kegiatan mereka,  Tamara langsung memberikan keterangan tentang  keterlambatan wanda, sejenak mereka hanya saling pandang dan tiba-tiba “ Gimana kalau kita bawa saja sepedanya jalan, terus kita sekalian mampir kerumah wanda untuk menjemputnya, jadi kan biar wanda tidak repot lagi untuk datang kesini, giman?” Usul Ratna.
Setelah menyetujui ide ratna, yulia dan teman-teman pun pergi menyusul kerumah maya. Setibaya di rumah wanda  mereka mengucapkan salam dan sambil dihampiri oleh penjaga rumah Wanda, mereka bertanya “permisi pak, Wandanya ada?” tanya Keni yang sedari tadi tidak berkata apapun. “ oh mbak Wanda, ada kok, ayo masuk” ajak penjaga rumah Wanda. Setelah sampai di ruang tamu mereka melihat seorang gadis yang masih santai di depan tv sambil memakan makanan ringan, ternyata itu Wanda yang sedang asyiknya menonton hingga tanpa sadar teman-temannya sudah berada di belakangnya. “ jadi ini yang kamu kerjain, sementara kami bela-belain dateng kesini jemput kamu?” cetus Mesa yang sedikit tomboi diatara yang lain. Dengan raut wajah penuh keterkejutan, Wanda menjawab “ loh kalian kok ada disini? Oh maaf ya, aku belum mandi nih, kallian mau nunggu aku apa mau lanjut main lagi?” tanya Wanda dengan wajah polos tanpa dosa. “ kamu kira kami bakal pergi duluan trus kamu malah nyantai disini? Sekarang aku yang balik nanya, kamu masi mau ikut apa nggak nih?!” jawab Mesa dengan sedikit emosi, kenapa tidak?  teman-temannya telah susah payah membawa sepeda demi jemput maya kerumahnya, sementara dengan santai maya hanya nonton tv. “ ya udah aku ikut, kalian tunggu sebentar ya” pinta Wanda kepada teman-temannya.
****
“ Nah aku udah siap nih, yok kita jalan” ajak Wanda satai tanpa rasa bersalah sedikit pun. Awalnya Mesa akan angkat bicara lagi namun ditahan oleh Keni, memang di antara mereka Mesa lah yang paling mudah naik darah dan selalu keni yang menenangkan. Saat tiba di parkiran sepeda, masing-masing dari mereka mengambil sepeda mereka masing-masing. Tamara berpasangan dengan Ratna, Mayadengan Mesa, dan terakhir Wanda dengan Keni. Saat mengambil sepeda Wanda berkata “ Ken kamu di depan ya, aku nggak bisa ngimbangin nih” pinta Wanda kepada Keni. Keni hanya mengangguk dan langsung mengambil posisis, sementara yang lain hanya dapat menahan kesal dan langsung mengkayuh sepeda dengan cepat, setelah keni dan Wanda berhasil mengimbangi kayuhan putaran roda teman-teman yang lain, dengan santainya Wanda mengangkat kakinya dan membiarkan Keni mengkayuh sendiri, kejadian itu pun tertangkap mata dengan wanda, wanda hanya menatap kesal Wanda, karena ia takut kehilangan keseimbangan jika terus berbicara, selain itu Mesa juga takut kata-kataya akan mengundang permusuhan, jadi Mesa hanya membiarkan Wanda dan terus mengkayuh sepedanya hingga mereka berhenti di sebuah pohon rindang untuk beristirahat sejenak.
 Saat beristirahat pun hanya Tamara dan Ratna yang terus berbicara sambil menertawakan pemuda yang lewat. Dan mereka pun kembali melanjutkan perjalanan dalam diam, paling hanya sesekali celetukan yang keluar dari mulut Maya yang sebagai pemandu rute jalan, hingga tiba-tiba saat mereka sedang berada di pendakian hujan pun tiba-tiba turun tampa memberi aba-aba, dengan segera mereka mencari tempat berteduh terdekat, namun keni belum juga sampai dengan susah payah keni mengkayuh seppedan dan ternyata lagi-lagi Mesa melihat Wanda tidak mengkayuh sepedanya, akhirnya setibanya mereka di sebuah pondok yang dapat dijadikan temat berteduh baju Keni dan Wanda basah kuyup hingga menerawang. Untung nya tamara membawa Dan Ratnamembawa jaket untuk di pinjamkan ke Keni dan Wanda.
Setelah berganti pakaian seadanya, Keni dan wanda pun ikut bergabung di antara teman-teman mereka yang lain, sambil menunggu hujan reda mereka saling melempar guyonan yang dapat mengundang tawa hingga tiba-tiba “ Wan  kok saat sepedaan aku lihat kamu jarag sekali membantu Keni untuk mengkayuh sepedanya? Kasian kan Keni ngayuh sepedanya sendiri” sindir Mesa telak. Sejenak hanya suara hujan yang mulai mereda menjadi pengisi kesunyian di antara mereka, namun tidah di hati meraka masing-masing . “ bukan begitu, aku hanya lelah dan merasa kurang bisa mengimbangi kayuhan Keni, lagi pula Keni tak merasa terbebani kok, iya kan ken?” tanya Wanda kepada keni, Keni hanya dapat membalas dengan senyuman terpaksa. “ Tapi bukan karena Keni tidak merasa terbebani kamu bisa berbuat begitu kan Wan?” sahut Maya “ lagi pula bukan Cuma kamu kok Wan yang capek kami lebih capek,ingat sebelumnya kami membawa sepeda ini dari tempat rental sampai kerumahmu loh” timpal Tamara dan diiringi dengan anggukkan teman yang lain. “ loh kok kalian malah memojokkanku? Aku tahu aku salah, aku minta maaf, dan aku janji bakal bantu Keni buat kayuh sepedanya” jawab wanda dengan kesal.
Setelah hujan reda enam sekawan itupun kembali melanjutkan ‘olahraaga ’ mereka, awalnya mereka masih bingung dengan rute mana yang akan mereka susuri, hingga alah satu dari mereka mengingatkan kalau waktu sewa yang ditentukan tinggal 30 menit lagi, kalaupu mereka lewat mereka harus membayar denda. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengemblikan sepedanya, karena jarak mereka dan jarak tempat penyewaan cukup jauh, jadi mereka harus bergegas mengembalikanya. Mereka memilih melewati melewati jalan tebus yang lumayan lebih dekat dari seharusnya, hanya saja jalannannya sedikit terjal jadi harus sangat hati-hati. Saat mereka hampir mendekati penurunan ratna mengingatka “ teman-teman hati-hati jalanan sedikit terjal dan licin, kan habis hujan jadi kita harus saling menjaga” kata ratna, dan “ jangan ada yang egois-egoisan nanti bisa jatuh kalau kita Cuma mau menang sendiri” tambat Tamara. “ ya udah kalian duluan aja Tam, kita liat dari sini gimana kalian ngimbangin diri masing-masing” usul Maya dan di setujui oleh teman-temannya.
 Akhirnya Tamara dan Ratna menjadi ‘kelinci percobaan’ kali ini, karena di antar yag lain hanya mereka berdua yang lebih kompak dan dapat saling mengimbangi satu sama lain. Dan ternyata tanpa dikayuh un sepeda yang mereka naiki dapat malaju dengan kencang dan takjumnya lagi mereka sampai di puncak pendakian tanpa menggunakan tenaga kayuhan sama sekali, selanjutnya Maya dan Mesa, Keni dan Wanda pun mulain melajukan sepedanya hanya saja dengan kecepatan yang sangat di minimalisir, dan saat yang tak di inginkan pun tiba, Wanda yang panik dan teriak-teriak tak karuan membuyarkan konsentrasi keni dan juga teman-teman yang ada di depan mereka, akhirnya tanpa diduga Wanda terus mengayuh sepeda mereka dan menabrak ban belakang sepeda Maya dan Mesi akhirnya mereka oleng dan terjerebab masuk selokan yang lumayan dalam, Tamara dan Ratna hanya bisa menyaksikan mereka dan langsung berhambur ke tempat teman temannya jatuh, hingga beberapa pemuda sekitar yang kebetulan lewat pun mulai membantu menaikkan sepeda dan teman teman Tamara untuk membersihkan diri dan mengobati luka luka. Tak aneh memang mereka menderita luka-luka di beberapa bagian, pasalnya sepeda yang mereke tumpangi  jatuh menghimpit mereka dan selokan yang baru di semen juga berperan menambah banyak goresan luka untuk mereka. Tapi di antara mereka berempat Keni lah yang mendapat luka yang sangat parah, Keni terluka di bagian tulang pipi dan pelipis, sementara Wanda mengalami luka goresan yg cukup dalam di bagian ubun-ubun, untung saja Mesi dan Maya tidak mengalami luka serius, mereka haya tergores sedikit di bagian lengan dan lutut.
Setelah membantu mengobati beberapa luka dari teman-temannya Tamara langsung teringat aka penyewaan sepedanya yang pasti akan mendapat denda, dan ntah mungkin dewi fortuna sedang berpihak lewat seorang teman sekolah mereka yang sedang berjalan sore menggunakn motor. Tanpa fikir panjang Tamara langsung menghadang jalan lelaki itu yang di kenal dengan sebutan Reno, Reno memang sudah sedikit akrab dengan Tamara karena dari SD kelas mereka selalu bersebelahan. Dan ternyata Reno bersedia membantu menggerek sepeda Maya dan Mesa . tinggal satu sepeda lagi fikir Tamara, dan ternyata tanpa sengaja Tamara melihat Reno sedang menelfon dan mendengan kalau Reno meminta temannya untuk membantu kami, tak berselang beberapa waktu datang lima orang teman Reno dengan masing-masing motor mereka, satu membantu reno mengantar sepeda yang di pakai Wanda dan Keni, dan selebihnya ada yang mengendarai sepeda yang di tarik ada juga yang menemani Keni dan Wanda sambil menjaga motor teman mereka yang lain.
****
Setelah menyelesaikan urusan administrasi yang ‘untung’nya tidak dikenai denda,  Tamara dan Ratna pun sempat komplain kalau rem dari sepeda yang disewakan tidak cakram dan roda ban nya yang  gundul. Sepulang dari tempat penyewaan mereka kembali Tamara dan rombongan kembali ke tempat dimana Wanda dan Keni menuggu. Saat disana mereka barulah menceritakan runtut kejadian yang sebenarnya, dan Wanda pun meminta maaf atas ketelatan dan semua yang di perbuatnya hari itu, terlebih dengan Keni, Wanda tak henti-hentinya meminta maaf karena telah mencidrakan keni.
Setelah merasa sedikit baikan Keni pun meminta tolong untuk di antar kan pulang karena di takut lukanya akan infeksi. Lagi- lagi Reno dan teman-temannya menawarkan jasa untuk mengantarkan mereka pulang kerumah masing-masing. Namun sebelum pulang Reno mengajak semua untuk  mengantarkan Keni bersama-sama, dan langsung di setujui oleh Tamara cs. Setelah mengantar Keni pulang, teman-teman Renopun berpencar untuk mengatarkan yang lain pulang sesuai dengan arah rumah mereka masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar